Wednesday 11 March 2015

ONE LOVE, TWO CULTURES

Lama tak jumpa, sampai lupa rasanya puas setelah nulis blog, hehe!
Info aja, blog ini adalah terusan blog yang kemarin (Bitter Coffee Sweetness Sugar), tapi sekarang judul blognya diubah jadi NONIE'S STORIES (biar gampang diinget aja) :D

Sekarang saya kembali memulai lagi blog baru ini dengan cerita yang sedikit berat lah, berawal dari banyak sekali perbedaan yang Tuhan ciptakan dalam hidup ini. Dan sekarang ini, saya sedang ingin berbagi cerita mengenai perbedaan agama, budaya, dan adat istiadat (kalau berat, ya ditaruh dulu lah, nanti baru diangkat lagi :D)

Ini kisah asmara saya sebenarnya, tapi mencoba mengalihkan ke statement-statement yang lain biar kelihatannya general, hehe.
Ngomongin asmara, identik sama cupid. Dan sayangnya panah cupid itu nggak pernah memandang bulu. Si anak tengil yang kerjaannya bikin orang jatuh cinta itu menembakkan panah tanpa melihat apa agama, budaya, dan adat istiadat dari korban panah cintanya. Kalau udah begini, suatu hubungan bisa jadi sangat rumit.

Belakangan sering muncul produk budaya populer yang mengedepankan tema 'cinta tapi beda'. Bukan cuma film yang berjudul sama dengan tema ini (ala-ala FTV) yang cukup kontroversial karena mengangkat perbedaan agama/budaya yang kadang ceritanya bikin hati nyesek bagi siapapun yang menontonnya, tetapi ternyata di banyak negara juga banyak banget ternyata literatur maupun film yang mengangkat tentang cinta tapi beda ini. Tapi kali ini saya mau ambil contoh film lokal aja deh, pernah denger film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" kan? Nah, selain salah satu faktornya karena saya suka sama Pevita Pearce yang jadi Hayati, film ini juga punya sad ending yang amit-amit lah ya saya sampai punya cerita yang sama. Yang mau saya ambil dari film ini adalah kaitannya dengan tema tadi, cinta tapi beda :)

Sama dengan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" tadi, disini saya lah pemain di cerita beda agama, budaya, dan adat istiadat ini. Nggak mau kalah sama Pevita Pearce :D
Kebetulan saya dan mas pacar berbeda agama, saya Katolik dan dia Kristen. Berbeda suku, saya Jawa dengan segala campurannya dan dia Batak. Tapi bedanya lagi sama film tadi adalah orang tua kami berdua sama sekali nggak dapat peran antagonis alias bikin gagal panah si cupid nancep di hati, semua mendukung kok, klimaksnya adalah bagaimana kami bisa mempunyai solusi di dalam perbedaan agama dan budaya, yang pasti sedikit banyak akan jadi masalah nantinya. Karena diluar orang tua, pasti masih banyak pemeran-pemeran lain alias masalah yang menghalangi karena perbedaan ini.

Menurut saya agama itu adalah modal dan pondasi hidup yang harus dimiliki serta diyakini setiap manusia agar mempunyai arah dalam hidupnya (dulu waktu SD nilai pelajaran Agama saya 10 *plok plok*). Sekarang ini kami hanya belajar untuk mempunyai pemahaman, apapun agama yang dipeluk dan diyakini di dunia ini, pasti mempunyai maksud, tujuan, dan arah kebaikan dalam hidup.
Budaya. Budaya itu semacam hal-hal yang berkaitan dengan akal dan pikiran manusia. Budaya kami emang beda, tetapi hebatnya kami adalah ketika kami bisa saling menerima, menyayangi, menghormati, saling menghargai, dan mau mempelajari satu sama lain walaupun kami berasal dari budaya yang berbeda.
Adat istiadat. Sepertinya adat istiadat masih menjadi hal wajib yang harus tetap dijaga dan dilestarikan karena adat istiadat pasti mempunyai bila-nilai yang akan sangat berpengaruh bagi kehidupan setiap orang nantinya.

Guys, cinta tapi beda agama, budaya dan adat ini memang mebutuhkan banyak pengorbanan, harus mau mengalah satu sama lain dan perlu kerjasama dengan banyak pihak. Cinta yang diperjuangkan bersama walaupun akhirnya tetap ada pahitnya pasti akan jauh lebih terkenang. Makanya, sekarang ini saya baru bisa salut sama semua pasangan beda adat bahkan beda agama yang bisa meyakinkan masing-masing keluarga bahwa mereka bisa hidup bahagia walaupun jalannya tak pernah mulus.

Kemarin saya pergi ke kota kelahirannya di Pontianak, kota yang sangat amat panas dengan semua jenis makanan yang enak dan membuat saya nggak pernah merasa lapar disana bahkan lupa rasanya lapar. Disana saya dikenalkan dan bertemu keluarga besar Alm. Papa dan Mamanya yang semuanya adalah Batak. Kebetulan kemarin ada acara Marhata SInamot (belum berani menjelaskan secara detail acara apa ini, mungkin semacam seserahan di adat Jawa) kakak perempuannya yang kebetulan juga menikah dengan pria Jawa. Senangnya dapat kesempatan seperti ini, setidaknya bisa belajar memahami dari sekarang. Dari pengalaman kemarin dan melihat kakak perempuannya juga mengalami hal yang sama dengan kami berdua sampai pada akhirnya mereka akan menikah di bulan Mei tahun ini, saya mencoba memahami, karena sesungguhnya cinta yang bahagia itu adalah ketika kamu tahu dia berjuang sama kerasnya atau lebih dari usaha yang kamu lakukan agar bisa hidup bersama.

Bahagia itu adalah sebuah PILIHAN dan PERJUANGAN untuk mendapatkannya. Semakin besar sebuah kebahagiaan itu maka akan semakin besar juga halangannya. Ibarat semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang juga anginnya. Nantinya, disaat sudah bersatu, ujian pun pasti akan tetap berdatangan. Karena katanya hidup itu kan ujian, apapun pilihan kita masalah baru akan tetap ada.

Cerita saya dan mas pacar ini sekarang adalah saat-saat dimana kami sedang belajar. Kami sepakat, kuncinya adalah keberanian, tanggung jawab, dan siap dengan banyak resiko serta komitmen untuk mencapai kebahagiaan yang kami inginkan. Tuhan selalu memberikan jalan keluar, hanya saja kadang kita tidak berani melalui pintu itu dan memilih pintu yang lain. Kami MEMILIH mempunyai masalah dalam kebahagiaan daripada mempunyai masalah tapi tidak bahagia :)

Mencintai dan dicintai itu adalah hak manusia dimanapun dan siapapun. Sesungguhnya perbedaan yang ada itu cuma karena gengsi manusianya saja yang ingin terlihat superior, lebih terpandang. 
Lagipula di dunia ini hampir mustahil nggak ada perbedaan kan?


- l i d w i n a n o n i e -